Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Pergilah ke dapur walaupun hanya bisa membuat dadar telur. Pergilah ke dapur walaupun hanya memotong cabe, bawang dan tomat. Seperti Rasulullah saw yang menambal sendiri pakaian yang robeknya. Daripada pergi sendirian mencari hiburan, lebih baik temanilah istri di dapur. Karena wanita butuh teman berbicara di mana saja.
Salah satu cara mendidik istri adalah mendengarkan ucapannya. Salah satu cara membahagiakan istri dengan cara mendengarkannya. Salah satu cara menyenangkan istri dengan membantu pekerjaannya sambil mendengarkannya. Mendengarkan istri bisa jadi peran utama suami di rumah. Mengapa?
Tugas pemimpin itu banyak mendengarkan daripada berbicara. Tugas pemimpin itu menciptakan solusi. Solusi itu hadir dengan merendahkan hati dan banyak mendengarkan. Bagi wanita, mendengarkan adalah kebutuhan primer. Maka mendengarkan istri merupakan ibadah karena telah memenuhi kebutuhannya.
Romantisme tak perlu sekuntum bunga. Tak perlu juga ucapan yang merayu, atau senandung yang indah. Bagi wanita, didengarkan pun bagian dari penghilang kepenatan yang terpendam. Bagi wanita, didengarkan sudah menghilangkan banyak persoalan.
Seorang istri kadang hanya butuh sapaan saja. Telpon sejenak menanyakan kabarnya. Kadang keributan hanya persoalan ini. Hanya soal tak memberikan kabar dan sapaan. Mengapa ini begitu penting?
Rasulullah saw selalu mengutus seseorang bila akan tiba ke rumah dari mana pun. Rasulullah saw selalu menyegerakan urusan, agar segera tiba di rumah. Rasulullah saw selalu shalat sunah sebelum tiba di rumah. Menyegarkan hati, jiwa dan pikiran sebelum bertemu dengan istrinya.
Jangan ada tenaga sisa saat tiba di rumah. Banyak hal yang terjadi dan kondisi yang tak terduga saat tiba di rumah. Maka siapa diri dengan menyegarkannya dengan shalat sunah sebelum tiba di rumah. Setelah tiba, siapakan diri untuk mendengarkan bukan untuk didengarkan.