>>>
Ketika Kehormatan Diuji, Para Purnawirawan Bicara.

Alifa Husna Aulia : Mahasiswi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Sultanah Nahrasiyah, Lhokseumawe – Aceh

Pernyataan kontroversial Rosario de Marshal, atau yang lebih dikenal sebagai Hercules, yang menyebut Letjen TNI (Purn) Sutiyoso sebagai “mulut bau tanah” langsung memicu gelombang kemarahan dari para purnawirawan TNI. Kalimat yang terdengar sepele itu ternyata menyentuh titik paling sensitif dalam kultur militer: kehormatan.

Bagi masyarakat sipil, reaksi para mantan prajurit ini mungkin terasa berlebihan. Namun dalam dunia militer, kehormatan bukan sekadar simbol atau gelar ia adalah prinsip yang diwariskan, dijunjung tinggi, dan dijaga bahkan setelah masa dinas berakhir.

Maka tak mengherankan ketika seorang purnawirawan berkata, “Langkahi dulu mayat kami sebelum kau hina jenderal kami.” Itu bukan sekadar retorika, melainkan pernyataan prinsipil.Sebuah video yang menampilkan purnawirawan dari Sumatera Utara viral di media sosial.

Dalam video tersebut, tampak emosi yang meluap, suara tinggi, ekspresi tegas, dan kata-kata keras. Semua itu menunjukkan bahwa menurut mereka, garis merah telah dilanggar.

Kemarahan ini bukan sekadar soal personal antara Hercules dan Sutiyoso. Ini adalah persoalan harga diri kolektif dari sebuah institusi yang telah lama menjadi pilar pertahanan negara. TNI bukan sekadar tempat bekerja, tapi menjadi identitas, rumah, dan kebanggaan. Para purnawirawan mungkin telah melepas seragam, tetapi nilai-nilai militer tetap tertanam kuat dalam diri mereka.

Hercules sendiri dulunya dikenal sebagai TBO (Tamtama Bawahan Operasional), yang berada dalam lingkaran pelindung militer. Maka saat ia melontarkan penghinaan terhadap seorang jenderal yang pernah menjadi simbol pengabdian, itu dianggap bukan hanya menyerang satu orang, melainkan merusak fondasi kehormatan yang dibangun dengan darah dan pengorbanan.Dalam Islam, penghormatan terhadap jasa, guru, dan asal-usul memiliki dasar yang kuat.

Baca Juga :  Dunia yang Semakin Sesak Dengan Kemunafikan dan Kebodohan

Dalam Surah Al-‘Alaq ayat 1–5, Allah SWT berfirman :

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ

عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ 

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

(QS. Al-‘Alaq: 1–5)Ayat ini mengajarkan pentingnya ilmu, kesadaran akan asal-usul, dan sikap hormat terhadap pihak yang telah membimbing kita. Dalam konteks ini, menurut para purnawirawan, Hercules telah mengabaikan nilai-nilai dasar tersebut.

Selain itu, dalam Surah Al-Hujurat ayat 9–10, Allah SWT memerintahkan:

وَاِنْ طَاۤىِٕفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَاۚ فَاِنْۢ بَغَتْ اِحْدٰىهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْۤءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِ ۚ فَاِنْ فَاۤءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا ۚ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ ( 9 ) 

 اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ( 10) 

Artinya:”Jika dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika yang satu melanggar terhadap yang lain, maka perangilah yang melanggar itu sampai ia kembali kepada perintah Allah. Jika ia telah kembali, damaikanlah antara keduanya dengan adil. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”

(QS. Al-Hujurat: 9–10)Ayat ini menekankan pentingnya perdamaian, keadilan, dan persaudaraan. Namun juga menegaskan bahwa menghadapi kezaliman adalah bagian dari menjaga nilai tersebut. Maka dalam pandangan banyak purnawirawan, hinaan Hercules merupakan bentuk kezaliman verbal yang menodai kehormatan korps.

Meski sebagian menyerukan maaf, banyak pula yang menilai bahwa maaf tanpa pertanggungjawaban tidak cukup. Pengampunan memerlukan kesadaran, niat memperbaiki, dan penghormatan terhadap pihak yang telah dilukai.

Baca Juga :  Organisasi Mahasiswa Yang Katanya Progresif Tapi Praktiknya Konservatif, Sama Organisasi Budaya Kok Takut?

Kasus ini harus menjadi momentum refleksi nasional. Bagi masyarakat umum, ini pelajaran bahwa menghormati para pejuang bukanlah pilihan, tetapi kewajiban moral. Bagi militer, ini pengingat untuk tetap menjaga marwah secara konstitusional dan elegan.

Dan bagi Hercules, ini mungkin saatnya menundukkan kepala dan kembali belajar satu pelajaran lama: bahwa kehormatan tak diukur dari suara keras atau nama besar, melainkan dari seberapa besar kita bisa menghargai jasa dan menjaga lisan.

Para purnawirawan mungkin telah menanggalkan seragam, namun jiwa kesatria mereka tak pernah usang. Dan bila kehormatan kembali diuji, mereka siap berdiri. Bahkan sampai titik darah terakhir.

Slot Iklan

Ingin mengekspresikan diri dan berpotensi mendapatkan penghasilan?
Yuk jadi penulis di rakyat filsafat. Setiap bulannya akan ada 3 orang beruntung yang akan mendapatkan Hadiah dari Rakyat Filsafat!

Ingin memiliki portal berita yang responsif, dinamis serta design bagus? atau ingin memiliki website untuk pribadi/perusahaan/organisasi dll dengan harga bersahabat dan kualitas dijamin dengan garansi? hubungi kami disini!

Iklan

Klik Gambar Untuk Mengunjungi Warung Anak Desa

Terbaru

Filsafat

E-Book

Rakyat Filsafat adalah komunitas yang bergerak dalam bidang literasi serta bercita-cita menaikkan angka literasi indonesia

Pintasan Arsip

Pasang Iklan

Tertarik Mulai Menulis di RAKYAT FILSAFAT?