Pahamkah perang Khandak? Inilah perang yang membuat para Sahabat berprasangka bermacam-macam kepada Allah. Membuat hati mereka menyesak. Seluruh kabilah Arab, kafir Quraisy dan Yahudi bersinergi menghancurkan Rasulullah saw dan para Sahabatnya. Bukankah ini grand desain terbaik untuk menghancurkan Rasulullah saw?
Pada sisi lain, Madinah sedang paceklik. Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar bin Khatab terlihat berkeliling untuk mengganjal perutnya. Mereka harus mengganjal perutnya karena tak ada yang dapat dimakan sambil menyiapkan pengepungan, blokade dan penyerangan dari luar dan dalam. Dari atas dan bawah.
Namun ingatlah, semua makar terhadap umat Islam, pada awalnya berjalan dengan sangat baik dan sempurna. Semua memperkirakan tidak ada yang bisa menghalanginya. Seperti Abrahah yang bersama pasukan gajahnya yang hendak memporakporandakan Kabah. Keberhasilan di depan mata. Keberhasilan seperti hanya tinggal membalikkan telapak tangan saja.
Mau bersikap seperti Abdul Muthalib kakenya Rasulullah saw atau para Sahabat bersama Rasulullah? Bila kita diam, Allah pun akan mengobrak-abrik para penentang-Nya dengan tentara-Nya yang tak terduga. Seperti datangnya burung Ababil yang tak ada seorang pun tahu darimana asalnya dan bagaimana cara memporakporandakan pasukan Abrahah.
Atau, seperti Rasulullah saw yang menyiapkan Syaffiyah bin Abdul Muthalib untuk menjaga kota yang kosong agar tidak Ada pembokong Yahudi dari belakang? Rasulullah saw hanya menghadapi 10.000 pasukan Kafiriin dengan 3.000 pasukan dan lubang-lubang parit di muka kota Madinah?
10.000 pasukan Kafiriin takut dengan lubang parit dan 3.000 pasukan? Padahal korban dipihak Kafiriin pun tak banyak. Namun yang menghantui mereka adalah rasa takut yang amat dalam. Allah cukup mengirimkan rasa takut pada orang Kafiriin untuk menolong kaumnya Muslimin. Allah mengirimkan berbagai gejala alam.
Hukum ini terus berlaku. Mereka yang berbuat makar terhadap Allah, para Waliallah dan muslimin akan berakhir dengan cara ini. Merasa sempurna tipu dayanya. Merasa kemenangan hanya tinggal membalikkan tangan, ternyata berakhir dengan kehancuran mereka. Itulah cara Allah menghinakannya.