Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Masih merasakan lapar dan haus? Masih merasakan kelelahan? Masih merasakan panas dan dingin? Masih merasakan ketakutan dan kekhawatiran? Masih membutuhkan dan menginginkan sesuatu? Itulah tanda kelemahan. Itulah tanda kemiskinan.
Semakin banyak yang dibutuhkan untuk dirinya sendiri, ego dan gaya hidupnya. Semakin besar kelemahannya. Seorang kaisar Persia di era Umar bin Khatab, tidak bisa melakukan apapun ketika pelayan dan pengawalnya tak bersamaannya. Dia melarikan diri ke Cina. Belum sampai di Cina, sudah dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Mengapa semakin berbangga dan sombong? Saat mampu membeli segala yang dibutuhkan? Mengapa saling menonjolkan? Saat mampu menunjukkan yang tak dimiliki orang lain? Bukankah semakin kaya dan berkuasa, semakin besar kebutuhannya untuk dilayani? Melayani itulah karakter pemimpin. Dilayani itulah kelemahan.
Seorang presiden, semakin terlihat kelemahannya. Bagaimana mungkin mengelola negaranya tanpa bantuan seorang tukang sapu dijalan? Tanpa bantuan seorang RT? Tanpa bantuan petani dan nelayan? Apa artinya presiden bila tidak ditaati? Apa artinya pengusaha tanpa karyawan yang mau mengikuti petunjuknya? Seandainya semua orang tak mematuhinya, jabatan dan kekayaan tak berarti apa pun.
Uang hanya lembaran kertas. Emas, perak dan perhiasan hanyalah seonggok batu. Andaikan Allah tidak menciptakan nafsu, apakah berarti uang, kekayaan dan jabatan? Andai manusia tidak diberikan rasa lapar, haus dan nafsu lainnya. Bagaimana kehidupan ini bergerak?
Kebutuhan menciptakan ketergantungan. Ketergantungan tanda kelemahan. Adakah manusia yang bisa hidup berdiri sendiri? Adakah manusia yang bisa melakukan segalanya? Andai manusia tidak diciptakan dalam kelemahan maka tidak akan pernah ada kenikmatan dan rezeki. Andai manusia tidak diciptakan dalam kebodohan tidak akan pernah muncul bekerjasama.
Adakah manfaat harta dikala sakit? Adakah manfaat kekayaan di saat tidak ada bahan pangan? Adakah manfaat kekuasaan di saat tidak ada air? Pernah suatu masa, satu roti seharga 1 kg emas. Ada masa, kekuasaan hanya senilai seteguk air.