Ditulis Oleh: Amas Maulana
September datang dengan wajah muram,
Menyapu jejak-jejak harapan yang rapuh,
Daun-daun berguguran, layu sebelum waktunya,
Seperti cinta yang terhempas di tengah badai.
–
Kisah yang dulu hangat, kini menjadi asing,
Dalam dingin September yang menusuk tulang,
Janji-janji manis yang terucap,
Lenyap di antara hujan yang tak berkesudahan.
–
Di bawah langit kelabu, aku berdiri,
Menatap sisa-sisa mimpi yang hancur,
Suara angin membawa kesedihan,
Menggulung kenangan yang tak ingin kuingat.
–
September, kau datang dengan pahit,
Mencuri tawa, menanam duka,
Di setiap sudut hati yang pernah berbunga,
Kini hanya tersisa kepedihan yang menganga.
–
Namun, meski kau datang dengan kejam,
Kau tak bisa merampas segalanya,
Ada yang tetap bertahan dalam diam,
Menanti Oktober yang mungkin lebih ramah.