>>>
Meminta dan Pertanggungjawaban Jabatan Kepemimpinan

Pada suatu kesempatan Abu Dzar al-Ghifari protes kepada Rasulullah SAW karena tidak kunjung dilantik jadi pejabat

Sambil menepuk pundak Abu Dzar, Nabi SAW berkata, “Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah, sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Pada hari kiamat nanti, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut” (HR Muslim).

Secara prinsip, hadis ini memang tidak melarang umat Islam jadi pemimpin. Selagi didapatkan dengan cara yang benar dan dijalankan secara tepat (persis penggalan akhir hadis di atas), sah-sah saja seseorang berikhtiar untuk mendapat posisi tersebut. Bahkan, kalau merujuk doa yang memohon kepada Allah agar kita menjadi pemimpin bagi orang yang bertakwa (waj’alna lil muttaqiin iimaama), ini mengindikasikan jabatan sebagai pemimpin justru suatu kehormatan.

Sebagai pemimpin, seseorang bisa leluasa menjalankan amar makruf nahi mungkar sekaligus dapat kesempatan berbuat baik lebih banyak kepada publik. Persis hadis Nabi SAW yang mengatakan, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain.” Sebab, ia punya kuasa membuat kebijakan dan menggunakan anggaran.

Barangkali inilah alasan Nabi Yusuf meminta jabatan bendahara negara pada penguasa Mesir saat itu (QS Yusuf: 55). Beliau memintanya bukan karena ambisi, tapi semata untuk memberi kemanfaatan kepada orang lain yang lebih banyak.

Sebaliknya, jika seorang tidak memiliki kemampuan dalam memimpin atau hanya bermodal ambisi, jangan memaksa diri untuk mengejarnya. Selain melarang Abu Dzar sebagaimana hadis di atas, dalam hadis lain Nabi juga melarang Adurrahman bin Samurah yang meminta jabatan kepemimpinan. Beliau menyebut, “Jika engkau diberi tanpa memintanya niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah). Namun, jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong)” (HR Bukhari dan Muslim).

Pada akhirnya, di akhirat nanti akan menjadi penyesalan karena beratnya amanah yang harus dipertanggungjawabkan.

Kata Nabi dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, “Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan. (HR Bukhari).

Rasulullah menggambarkan kerakusan terhadap jabatan melebihi dua ekor serigala yang kelaparan lalu dilepas di tengah segerombolan kambing. Beliau bersabda, “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah gerombolan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi (HR Tirmidzi).

Untuk orang seperti ini, tidak ada toleransi menjadi pemimpin. Nabi SAW menyebut, “Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya (HR Bukhari dan Muslim).

Barangkali kekhawatiran atas peringatan Nabi di atas menjadi sebab sosok Umar bin Abdul Aziz ketika didapuk menjadi khalifah pada masa dinasti Umayyah, beliau menangis sejadi-jadinya.

Terbayang di pelupuk matanya alangkah beratnya amanah yang diemban, sanggupkah dirinya memikul tanggung jawab yang besar ini? Hal yang paling ia takutkan adalah pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Keyakinan jabatan sebagai amanah inilah yang membuat ia hati-hati dalam mengelola jabatannya. Tak heran bila kemudian ia berhasil membawa kesuksesan bagi negaranya. Bahkan, dalam tempo dua tahun kepemimpinannya ia berhasil membangun tanpa ada lagi fakir miskin di negaranya sehingga uang zakat pun harus diekspor ke negara tetangga.

Slot Iklan

Ingin mengekspresikan diri dan berpotensi mendapatkan penghasilan?
Yuk jadi penulis di rakyat filsafat. Setiap bulannya akan ada 3 orang beruntung yang akan mendapatkan Hadiah dari Rakyat Filsafat!

Ingin memiliki portal berita yang responsif, dinamis serta design bagus? atau ingin memiliki website untuk pribadi/perusahaan/organisasi dll dengan harga bersahabat dan kualitas dijamin dengan garansi? hubungi kami disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Klik Gambar Untuk Mengunjungi Warung Anak Desa

Rakyat Filsafat adalah komunitas yang bergerak dalam bidang literasi serta bercita-cita menaikkan angka literasi indonesia

Pintasan Arsip

Pasang Iklan

Tertarik Mulai Menulis di RAKYAT FILSAFAT?