Pada tahun 1798 Kant (1724-1809) pada usia 94 tahun menulis buku Le Conflit des Faculties (Konflik Antar Fakultas-Fakultas) yang merupakan karya terakhir yang dipublikasikan dengan namanya sendiri. Di dalam buku itu tampak jelas totalitas Kant yang tulus terhadap prinsip-prinsip umum filsafat kritis yang dibangun sepanjang hidupnya.
Di sana ada lokalitas-lokalitas tertentu yang
menjadi motivatornya yaitu ketika Frederick II seorang Raja Prusia yang mendukung pada pemikir bebas meninggal dunia terjadi reduksi kata filsafat pencerahan di Jerman. Di bawah pengaruh Perdana Menteri John Kristov Voltaire (1722-1800) maka raja baru Frederck William II mengambil tindakan-tindakan represif untuk mempertahankan orthodoksi agama sejak serangan-serangan
pencerahan (aufklarung) terhadapnya melalui tangan Lessing.
menjadi motivatornya yaitu ketika Frederick II seorang Raja Prusia yang mendukung pada pemikir bebas meninggal dunia terjadi reduksi kata filsafat pencerahan di Jerman. Di bawah pengaruh Perdana Menteri John Kristov Voltaire (1722-1800) maka raja baru Frederck William II mengambil tindakan-tindakan represif untuk mempertahankan orthodoksi agama sejak serangan-serangan
pencerahan (aufklarung) terhadapnya melalui tangan Lessing.
Pada tanggal 9-7-1788 muncul Dekrit Agama yang melarang kitik apapun yang melawan agama status quo. Kemudian muncul undang-undang lain pada tanggal 19-12-1788 yang menyempurnakan Dekrit I melawan kebebasan tulisan. Kemudian dibentuk lajnah pengawas percetakan paca tahun 1892.
Setelah Kant mempublikasikan buku Kritik Nalar Praksis tahun 1788, maka ia menjadi objek baru yang serupa sehingga pada tanggal 14-6-1792 Pengawas melarang publikasi bagian kedua buku Agama Dalam Definisi Nalar Tunggal. Dengan demikian maka Kant mempublikasikannya secara total pada tahun 1793. Itulah yang mendorong Raja untuk mengirim nawala yang mengecam keras kepadanya pada tanggal 1-10-1794 yang dipublikasikan Kant pada introduksi buku Le Conflit des Faculties (Pertarungan Fakultas- Fakultas). Kant secara eksternal sedikit diam karena tunduk kepada perintah Raja. Namun ia memendam pandangan-pandangannya an
tidak pernah bergeming darinya.
tidak pernah bergeming darinya.
Ia berencana mulai menyusun filsafatnya setelah kematian sang Raja. Badan Pengawas adalah penyebab keterlambatan publikasi buku Le Conflit des Faculties (Pertarungan Fakultas-Fakultas) yang semuanya dibangun berdasarkan atas idea “kebebasan jiwa”.
Bagian yang pertama ditulis pada penghujung akhir tahun 1794 dan bagian yang kedua sebelum akhir tahun 1797. Bagian yang ketiga dikodifikasikan terakhir yang diasimilasikan dengan publikasi buku Hufland dengan judul: Seni Panjang Umur yang untuk pertama kali muncul di majalah Pengobatan Praksis tahun 1797. Rentang waktu dalam mempublikasikan tiga upaya ini ditolelir Kant dengan menemukan unitas internal di antara ketiganya. Hal itu yang membuatnya berketetapan untuk menulisnya kembali dalam bentuk baru dengan goresan satu pena. Dengan demikian upaya-upaya transformative itu tetap terpisah-pisah, kurang utuh, bagian= bagiannya tidak sama, fokus perhatiannya tidak seimbang. Maka ketika karya yang pertama yakni Pertarungan Antara Fakultas Filsafat Dan Fakultas Teologi mencapai sekitar duapertiga buku sehingga sudah pasti fokus perhatiannya mencapai dua karya terakhir lainnya yaitu sepertiga akhir.
Apabila karya terakhir tentang sumsum objek, namun karya yang kedua yaitu Konflik Antara Fakultas Filsafat Dan Fakultas Hukum mengkaji objek kemajuan, dan bukan merupakan objek kebenaran, hukum atau pembinaan hukum. Karya yang ketiga tentang Konflik Antara Fakultas Filsafat Dan Fakultas Kedokteran tidak memuat salah satu aspek pertarungan apapun, bersandar kepada pengalaman- pengalaman personal dan tidak meletakkan objek-objek ilmiah.
Argumentasi tentang persoalan tersebut sebagaimana dinyatakan Conofischer tidak akan merujuk kepada kelemahan daya potensial Kant karena usia tuanya tetapi kepaa lokalitas-lokalitas di mana karya- karya itu ditulis di dalamnya.
Sebagian tokoh, seperti penyair Heine, berspekulasi bahwa karya politik Kant adalah Nalar Murni sedangkan karya-karya lainnya semata-mata tambahan yang direlasikan kepadanya. Ia mengidentifikasi buku Kritik Nalar Praksis sebagai lelucon semata.
Ini pasti tidak benar karena filsafat Kant secara fundamental adalah filsafat kehendak dan kebebasan dan buku Kritik Nalar Murni hanya merupakan introduksi bagi perluasan ruang buku keduanya yaitu
Kritik Nalar Praksis sebagaimana yang dinyatakan Kant sendiri dalam introduksi cetakan kedua buku Kritik Nalar Murni: “adalah niscaya bagi dekonstruksi pengetahuan untuk perluasan ruang bagi
keimanan”.
Skeptis terhadap fenomena-fenomena menurut Kant, sebagaimana halnya dalam pandngan Descartes dan Pascal, adalah
semata-mata sarana (wasilah, medium artifisial), bukan tujuan (ghayah), dan bukan merupakan medium artificial bagi postulasi dan pembatalan kebenaran tetapi untuk menetapkan otonomi esensial- internal pengetahuan dan moral bagi nalar dan kehendak dalam persepsi dan praksis. Ini tidak akan menghalangi eksistensi dua filsafat yang saling kontradiksi bagi Kant: rasionalisme (sebagaimana halnya dalam kategori-kategori dari satu sisi), dan hukum moral dan pertarungan keinginan dari sisi yang lain.
semata-mata sarana (wasilah, medium artifisial), bukan tujuan (ghayah), dan bukan merupakan medium artificial bagi postulasi dan pembatalan kebenaran tetapi untuk menetapkan otonomi esensial- internal pengetahuan dan moral bagi nalar dan kehendak dalam persepsi dan praksis. Ini tidak akan menghalangi eksistensi dua filsafat yang saling kontradiksi bagi Kant: rasionalisme (sebagaimana halnya dalam kategori-kategori dari satu sisi), dan hukum moral dan pertarungan keinginan dari sisi yang lain.
Apabila kita mengambil teori Kant tentang kehendak, maka
kita akan bisa mengetahui konstruksi buku Le Conflit des Faculties
(KonflikAntara Fakultas-Fakultas) karena buku itu memuat aplikasi
teori Kant secara praksis. Maka apabila indera yang sehat merupakan
kelas di kalangan manusia yang paling adil menurut Descartes, maka
demikian juga halnya dengan penyusunan langkah-langkah moral
dalam pandangan Kant. Hal yang krusial adalah mengetahui
mekanisme pertumbuhannya. Maka masyarakat umum biasanyalebih memilih mengalami hidup dan mengambil manfaatnya daripada
berjalan sesuai dengan hukum moral. Dengan demikian maka
kepentingan negara yang berorientasi pada kedaulatan bangsa yang
sehat adalah membangun lembaga yang tendensinya adalah diskursus
tentang kebenaran ilmiah dan kebenaran moral-etik. Lembaga itu
adalah universitas. Di antara fakultas-fakultas yang ada di universi-
tas hanya Fakultas Filsafat yang memanifestasikan tanggung jawab
dan merealisasikan tendensi ini. fakultas Filsafat adalah fakultas yang
menegakkan kajian sastra-budaya dan ilmu pengetahuan-ilmu
pengetahuan secara bersama-sama ketika kajian itu terhimpun di
bawah bendera filsafat. Kendatipun ada pencapaian dan kemu;liaan
tendensi ini, fakultas filsafat disebut fakultas bawah, meski ia
memanfaatkan kebebasan diskursus, hanya saja ia tidak kolaborasi
dalam otoritas-kekuasaan.