Bila tak ikhlas, ada selain Allah yang sangat kuat mendominasi. Bila tak khusyuk, ada selain Allah yang lebih agung di hati. Bila masih iri, dengki dan hasad, ada selain Allah yang sangat menarik. Bila masih menginginkan jabatan, masih ada yang lebih mulia selain Allah. Bila label Hamba Allah tak sedikit pun menarik untuk diperjuangkan, masih ada penyakit hati dalam perjalanan hidup ini.
Semua yang dirasakan. Semua suara, bisikan dan pergulatan hati adalah media intropeksi. Semua yang berkecamuk di dalam jiwa adalah media bercermin. Semua obsesi, tujuan, keinginan, hasrat dan angan-angan untuk membongkar apa yang tersembunyi di hati. Allah atau yang lainnya?
Energi semangat dan kemalasan gunakan untuk menilai diri. Apa yang membuat semangat? Saat akan melakukan apa kemalasan itu muncul? Setiap kata adalah cerminan hati. Ucapan adalah tali penghubung hati. Ucapan itu cara membongkar apa yang di hati Gesture tubuh dan raut muka adalah gambaran jiwa yang tersembunyi. Jadi perhatikanlah untuk menilai diri?
Buku apa yang dibeli, dibaca dan selalu dibawa. Akun di medsos apa yang sering dijelajah? Update status apa yang sering diungkap? Pergi kemana? Bersama siapa? Permainan apa yang paling digemari? Waktunya sebagian besar untuk apa? Saat sendiri dan luang dimanfaatkan untuk apa? Semuanya cara kita membongkar yang tersembunyi.
Membongkar seseorang, dalam buku Break All The Rules, dengan memperhatikan apa yang konsisten dalam waktu yang spesifik dan rentang waktu yang cukup lama. Itulah diri yang sebenarnya. Dalam kesendirian, kesunyian, kesenyapan apa yang konsisten dijalankan? Saat mata baru saja terbuka dari tidur, apa yang pertama kali selalu terucap dan terpikirkan? Saat sepertiga akhir malam, dingin dan penuh kegelapan, apa yang dilakukan?
Saat memandang orang lain. Saat memandang lingkungan sekitar. Saat memandang alam. Saat memandang kegemerlapan dunia, kekaguman atau kekhawatiran akan tipu dayanya? Seperti orang tertipu terhadap kekayaan Qarun, atau kesadaran orang beriman terhadap kepongahan Qarun? Apa yang terbesit saat memandang itulah cara membongkar jiwa.
Menyibukan membongkar diri sebuah sarana penyadaran akan makna hidup. Setiap mata memandang, besitan hati, yang selalu dilakukan adalah seni membongkar diri. Tak usah menunggu catatan malaikat Raqib dan Atid untuk menilai diri. Tak harus menunggu pengadilan Allah di hari kiamat. Cukuplah memperhatikan apa yang dilihat, didengar, dimakan, dirasakan pada setiap detik kehidupan untuk menjadi sarana intropeksi diri.