Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Mengapa hidup itu sangat berat dan sulit? Mengapa hidup itu penuh tantangan hingga tak sanggup memikul beban? Mengapa mengejar kebaikan itu berat dan meninggalkan kemaksiatan itu sulit? Mengapa konsisten dengan syariat itu sangat berat?
Kurang paham. Berilmu sempit. Itu yang membuat selalu memandang buruk terhadap kehidupan dan orang lain. Mudah menuduh dan mencap. Mudah melabeli orang lain dengan tuduhan dan prasangka tertentu. Semakin luas ilmu dan pemahamannya, maka semakin mudah, penyayang dan penuh rahmat.
Coba perhatikan fragmen Rasulullah saw dengan Umar bin Khatab saat Rasulullah saw mendidik Umar bin Khatab? Coba perhatikan fragmen perjanjian Hudaibiyah, antar Rasulullah saw, Abu Bakar, dengan Umar bin Khatab dan Sahabat lainnya? Terjadi perbedaan sudut pandang. Namun mengapa derajat Abu Bakar lebih mulia dari yang lainnya?
Bagaimana reaksi Umar bin Khatab melihat kesalahan dan yang dianggapnya salah? Bagaimana sunnah Rasulullah saw untuk mengajarkan Umar bin Khatab? Saat Arab badui kencing. Saat seseorang menarik baju Rasulullah saw. Saat seorang Sahabat membocorkan rencana rahasia Futuh Mekkah. Bagaimana sunnah Rasulullah saw mengajarkan Umar bin Khatab? Inilah perbandingan keluasan Rasulullah saw dan belum sempurnanya ilmu Umar bin Khatab saat itu.
Bagaimana sifat Umar bin Khatab setelah matang keilmuannya? Lihatlah peristiwa pengangkatan Abu Bakar. Lihatlah saat Umar bermain dan bercanda dengan anaknya. Lihatlah saat Umar berimajinasi tak ada seorang manusia pun yang hidupnya sulit walaupun hanya seekor kambing. Lihatlah saat Umar bin Khatab membiarkan pemabuk yang bersembunyi di rumahnya. Lihatlah fatwanya yang jangan mengurusi sesuatu yang belum terjadi.
Lihatlah Walisanga dalam berdakwah di Nusantara. Bagaimana bila Walisanga datang langsung mengkafirkan, membid’ahkan dan memfatwakan masuk neraka mereka yang saat itu masih animisme, dinamisme dan penganut ajaran lain? Apa yang terjadi? Semakin luas ilmunya, akan semakin paham bagaimana menyentuh hati dan membuka jiwa manusia.
Kaku dan keras. Mudah menuduh, mencap dan melabeli seseorang dengan keburukan dan kelemahan. Mudah berreaksi jangka pendek. Bisa jadi itulah kesempitan ilmu dan kepahaman. Ilmu Allah sangat luas. Potensi manusia sangat beragam. Keinginan dan imajinasi manusia memiliki kecendrungan yang berbeda. Bagaimana keluasan ilmu dan kepahaman bisa mensinergikannya dengan kemudahan dan keluasan sesuai bimbingan Allah?