Tulisan ini saya awali dengan sebuah ingatan saya pada tahun 2000 ketika umur saya pada waktu itu sekitar 6 tahun ketika waktu itu saya masih duduk di sekolah dasar, dimana pasa waktu itu masyarakat di desa saya masih bermata pencaharian sebagai petani padi, namun pada tulisan kali ini bukan kepada cerita saya ketika masih kecil, atau tentang mata percaharian masyarakat di desaku, bukan itu semua, tulisan ini hanya membahas tentang filosofi dari tanaman padi yang menurut versi saya mempunyai makna serta nilai kehidupan yang mendalam dan penting.
Orang tua saya selalu mengajarkan akan hidup yang lebih baik dan mandiri serta menabur nilai-nilai kebaikan kepada semua orang tanpa memandang suku, agama, pedidikan serta status sosialnya dan tetap rendah hati antar sesama, yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyanyangi yang muda maka damai hidup tercipta.
Filosofi Padi mempunyai makna yang cukup mewakili akan nilai yang di ajarakan orang tua saya, menurut versi dan pandangan saya, karena Padi mempunyai makna yang mendalam. Padi tumbuh dan menghasilkan buah (padi) dikampung kami menyebutnya eme, yang semakin tumbuh dan semakin berisi namun padi semakin merunduk, maknanya adalah kita hidup tidak boleh menyombongkan yang kita miliki, jadilah orang yang semakin berilmu namun tetap merendah hati.
Padi merupakan suatu simbol yang sangat sakral dalam negara Indonesia sehingga lambang padi diabadikan pada salah satu lambang Pancasila yang terdapat pada sila ke-lima, yang berbambarkan tanaman Padi dan Kapas yang melambangkan kebutuhan dasar manusia untuk hidup, yaitu kebutuhan akan pangan/makanan dan sandang atau pakaian, pada kesimpulannya bahwa menjadi manusia yang penting itu baik, namun alangkah lebih penting menjadi manusia yang baik, demikianlah makna dan nilai Filosofis yang dapat kita ambil dari Tamanan Padi.