Imam Abdullah Ibnu Mubarak mengupas tuntas perjalanan hidupnya sehingga beliau menjadi pribadi yang mulia dan cerdas. Dia seorang ulama besar, kekayaan melimpah, seorang mujahid, pemimpin pasukan tempur, pribadi yang taat serta takut kepada Allah. Seluruh rahasia perjalanannya dituliskan dalam kitab Zuhud-nya.
Pondasi apa yang mengokohkan Abdullah Ibnu Mubarak? Kesadaran akan waktu. Kesadaran makna waktu. Kesadaran akan pentingnya waktu. Kesadaran bahwa waktu itulah kehidupan. Bukankah penyesalan terbesar. Bukankah rintihan permintaan yang terbesar setelah kematian adalah diberikan waktu hidup di dunia lagi?
Kesadaran waktu muncul karena fenomena manusia yang terperdaya akan nikmat sehat dan waktu luangnya. Maka bersegeralah untuk beraksi. Bersegeralah memanfaatkan momentum. Bersegeralah memanfaatkan kesempatan. Selagi Allah memberikannya.
Beberapa momentum yang telah Allah sediakan. Yaitu, manfaatkan waktu muda sebelum datangnya tua. Waktu sehat sebelum datangnya sakit. Waktu kaya sebelum datangnya miskin. Waktu luang sebelum datangnya kesibukan. Waktu hidup sebelum datangnya kematian. Nasihat ini terus diulang-ulang oleh Ibnu Mubarak kepada dirinya. Bagaimana dengan kita?
Kesalahan berinteraksi dengan waktu adalah menunda-nunda. Hindarilah menunda-nunda, karena sesungguhnya hakikat hidup sesuai waktu yang telah dilewatinya, bukan dengan hari esok. Bila masih ada hari esok, bersikap cerdaslah pada hari esok seperti hal yang dilakukan hari ini. Jika tidak, maka penyesalan yang ada terhadap hari ini. Nasihat ini pun diulanginya hingga beberapa kali.
Ada fenomena aneh yang terjadi. Manusia lebih pelit terhadap umurnya dari pada terhadap dirham, dinar dan hartanya. Manusia kikir terhadap waktu dan dirinya. Manusia tidak membelanjakannya waktunya untuk mengisi umurnya. Mengabaikan kehidupannya dengan tak memperdulikan nasib akhiratnya.
Yang menunda-nunda berarti gagal menyiapkan segala sesuatu maka hilanglah kesempatan. Orang yang tidak mempersiapkan kesabaran untuk menghadapi kondisi yang mengejutkan pasti tidak berdaya menghadapinya. Seperti itulah awal perjalanan zuhud imam Abdullah Ibnu Mubarak yang diajarkan kepada penerusnya.
Ditulis Oleh: Nasrulloh Baksolahar