Sudah saatnya menjadi diriku sendiri. Sudah saat berkomitmen dengan langkah kakiku sendiri. Sudah saatnya menikmati hidupku sendiri. Melangkah dengan prinsip hidup yang ku ambil dari samudera kehidupan ini. Sudah saatnya menggeluti bakat dan keahlian yang paling potensial dari diri kita sendiri.
Jadi ingat kisah Mahesa Jenar. Posisinya sebagai orang keraton. Pengawal pribadi sang Sultan Demak. Kemelut yang terjadi di lingkungan istana, membuatnya ke luar dari Istana. Dia ingin menapaki jalan hidupnya sendiri. Mengikuti kata hati. Menyendiri bersama dirinya. Walaupun akhirnya, dalam pengembaraannya, dia harus bergumul dengan persaingan istana kembali.
Imam Al-Ghazali menyendiri dari pergelutan Istana dan toga kebesaran ilmuwan. Dia menyendiri di Baitul Maqdish. Dia menyendiri di daerah terpencil sekitar Asia Tengah. Dalam langkah kesendiriannya, dia bergelut dengan suara hati spiritualnya. Inilah yang kemudian menjadi panduan lengkap interaksi manusia terhadap diri dan kehidupannya.
Salam Al Farisi menjalani kehidupan dengan mendengarkan kata hatinya. Meninggalkan rumahnya. Padahal orang tuanya petinggi di kekaisaran Persia. Dia melangkah dari gereja ke gereja. Dari pendeta ke pendeta. Dari Sinogog ke sinogog. Dari rahib ke rahib. Untuk menemukan kebenaran yang telah disembunyikan dan dikhianati.
Ibrahim bin Adham seorang putra sultan. Meninggalkan semua fasilitas dan potensi kebesarannya. Dia justru pergi mengembara menemui Sofyan Tsauri. Dia memilih jalannya sendiri setelah bergumul dengan beragam kemewahan dan kelalaian. Dia tersadar saat berburu hewan di hutan. Ada suara jiwa yang membisikannya, “Untuk inikah kita hidup?”
Pergumulan hidup mungkin sudah membawa seseorang pada puncak karirnya. Membawanya pada lapangan kehidupan yang membuat orang lain berdecak kagum. Namun bila belum hidup bersama jiwanya sendiri, kecendrungan yang mengikuti kebebasan fitrahnya bersama dirinya sendiri tetap saja masih ada keresahan.
Ketentraman itu saat kita melangkah dengan langkah kita sendiri. Kita pengendali kehidupan kita sendiri. Langkah-langkah kita bersama bimbingan hati atas petunjuk dari Sang Yang Maha Bijaksana.