Serdang Bedagai – Detik-detik Pilkada serentak 2020, Founder Rakyat Filsafat, Amas Maulana himbau masyarakat tak golput dan menjauhi tindak pidana pemilu berupa Money Politik dan Intervensi Politik.
Beberapa jam lagi, Pilkada serentak 2020 akan dilaksanakan. Tetapi masih banyak masyarakat yang apatis dengan pesta demokrasi ini. Berdasarkan hasil survey dan analisis kami, rata-rata masyarakat apatis dikarenakan dua hal. Pertama, jika tidak ada “Uang”, mereka memilih Golput. Kedua, mereka menganggap, siapapun pemenangnya, nasib mereka bakal seperti ini-ini saja.
“ah, ngapain kami nyoblos kalau ga ada uangnya. Mending kerja” ucap responden pertama.
Lalu responden kedua berkomentar “Siapapun yang menang, kami gini-gini aja. Ga ada perubahan yang kami dapat. Jadi ngapain kami nyoblos?” ucap nya saat kami wawancarai.
Amas Maulana, mahasiswa fakultas hukum usu yang berdomisili di Desa Paya Pinang Kecamatan Tebing Syahbandar Kabupaten Serdang Bedagai ini, dalam diskusi nya bersama masyarakat di sergai pun mengingatkan. Pilkada serentak ini memakan anggaran negara yang cukup besar. Menurut data yang ada, pilkada ini memakan anggaran sebesar 20.46 Triliyun rupiah. Jumlah yang sangat besar untuk tidak kita perdulikan.
Dia pun mengutip sebuah pepatah saat diskusinya, “Masa depan republik ada ditangan pemilih”. Ia mengingatkan, agar masyarakat tak menyia-nyiakan kesempatan atau hak demokrasinya. Dan golput bukanlah solusi.
Dilain kesempatan, Amas Maulana pun mengingatkan kepada masyarakat, bahwasannya Money Politik atau politik uang adalah Tindak pidana pemilu. Pemberi maupun penerima terancam pidana penjara 1 (Satu) tahun. Untuk itu, ia meminta masyarakat untuk tak melakukan praktek Haram tersebut.
Begitu juga dengan intervensi politik, ia berharap, para pimpinan perusahaan ataupun pemerintahan untuk tidak melakukan intervensi kepada bawahannya dalam pesta demokrasi ini. Hal tersebut merupakan tindak pidana pemilu dan pelakunya dapat dipidana penjara.
Di akhir diskusi, Amas Maulana yang juga merupakan Founder Rakyat Filsafat pun mengingatkan untuk memilih berdasarkan hati nurani dan hasil analisis pribadinya. Bukan melihat dari uangnya. Karna sesungguhnya, pemimpin korup itu berasal dari kita juga. Karna kita yang memilihnya dan membawanya menaiki tahta. Dan akan berakibat mangkraknya pembangunan didaerah karena APBD dikorupsi.
“Pilihlah sesuai hati dan analisis kita, jangan karna berapa uangnya. Gaboleh gitu. Ingat, kalau dia bayar suara kalian, apa ga mungkin dia balikan modal nyalon dia? Pasti lah dia gamau rugi. Dengan cara apa dia balikin modalnya? Ya dengan korupsi. Ujung-ujungnya, kita yang sengsara. Pembangunan bakal mangkrak atau bahkan tidak ada sama sekali karna uangnya dikorupsi” tutupnya saat diskusi bersama masyarakat serdang bedagai.