Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Dunia untuk membongkar yang tersembunyi. Membongkar kezaliman. Membongkar kediktatoran. Membongkar kemunafikan. Membongkar kekafiran. Membongkar rekayasa. Membongkar sekenario. Bila terus disembunyikan dan mengakar, akhirnya akan terbongkar pula.
Dahulu sangat sulit membongkar kasus yang direkayasa para penguasa. Sekarang, soal pembunuhan 6 laskar FPI, publik sudah bisa menyimpulkannya sendiri. Walaupun penguasa mengerahkan semua saran saluran dan jaringan informasi. Teknologi perekaman semakin baik, mengapa manusia terus saja melakukan manipulasi dan rekayasa?
Dahulu sangat sulit membongkar kebohongan penguasa, sekarang cukup membandingkan berbagai ucapannya diberbagai media dan cuitan pribadinya, sangat mudah diungkap kebohongan ini. Teknologi pencitraan terus menanjak, namun teknologi untuk membongkarnya pun semakin sempurna. Mengapa zaman terus bergulir seperti ini?
Sekarang, apakah berguna kekayaan yang besar? Bermanfaatkah jaringan koneksi pribadi? Bila ketakutan kematian karena serbuan virus Covid-19 terus menghantui? Bila bertemu dan berkomunikasi saja ketakutan tertular virus? Memiliki kekayaan namun tak bisa digunakan untuk meraih kesenangan, untuk apa? Sekarang ruang gerak menikmati kesenangan terus terbatasi, adakah bermanfaat kekayaan?
Semakin menuju akhir zaman, kondisi dunia semakin memojokkan manusia untuk hidup sesuai bimbingan Allah. Bila keburukan mudah terbongkar, mengapa merekayasa keburukan dengan tampilan menawan? Bila melimpah ruahnya kekayaan tak bisa dimanfaatkan meraih kesenangan karena hantu Covid-19, mengapa terus menumpuk kekayaan?
Hiduplah bahwa manusia tempatnya salah dan dosa. Hiduplah bahwa kebahagiaan itu hanya pada tubuh yang sehat dan sehari ini memiliki makanan bagi keluarga dan terpenuhinya kebutuhan dasar sandang dan papan. Sisanya, bersedekahlah selagi Allah memberikan kesempatan emas dengan kondisi krisis seperti ini.
Mendekati akhir zaman, semakin terbongkar dan merasakan hiruk pikuk peristiwa penghisaban di hadapan Allah. Betapa mudahnya membongkar kebusukan manusia. Betapa tak berharganya yang diburu manusia dalam suasana ketakutan Covid-19. Mengapa belum reorientasi seluruh helaan nafas hanya kepada Allah saja?