Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan. Berita ini hal yang biasa bagi perjalanan dakwah. FPI dan ulama difitnah. Hal ini hal yang biasa dalam perjalanan dakwah. Karena sebelumnya pun banyak organisasi dan para ulama yang mengalami hal ini. Hanya saja, bagaimana mengambil pelajaran dari masa lalu?
Lihatlah Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir. Berulang kali dibubarkan dan dilarang sejak tahun 50-an. Sekarang tetap eksis. Bahkan saat Arab Springs, kadernya ada yang menjadi Presiden Mesir. Di Turki, partai Islam beberapa kali dikudeta sejak tahun 50-an. Hingga akhirnya muncul Erdogan. Walaupun upaya penggulingan internasional terus berjalan. Semuanya biasa saja.
Masyumi dibubarkan oleh Soekarno. Juga, tidak diijinkan lahir kembali di era Soeharto. Namun lihatlah para pendahulu kita dalam menyikapi berbagai upaya pemberangusan ini. Raga boleh berkalang tanah. Jasad boleh terkubur dan hancur. Namun ruh tetap abadi. Begitulah inti perjalanan dakwah.
Perjalanan dakwah selalu bersentuhan dengan para pembela, penghianat dan para pemberangusannya. Ada tiga golongan yang terus bersentuhan dengan dakwah yaitu mukminin, munafikin, kafirin. Semua sudah tersajikan secara gamblang dalam Al-Qur’an, Sirah Rasulullah, Sahabat , Tabiin dan Ulama. Kita hanya tinggal mencontohkannya saja. Ini rahmat dari Allah.
Organisasi boleh dilarang dan diberangus. Apakah Islam, Al-Qur’an dan As-Sunnah dapat diberangus? Allahlah yang menjaganya, berarti dakwah akan terus terjaga walaupun silih bergantinya para penentangnya. Yang harus terus dijaga adalah pembinaan, penempaan, pendidikan, pengamalan dan pergumulan yang tak pernah berhenti terhadap Islam.
Contohlah Muhammad Natsir. Saat Masyumi dibubarkan dan dilarang. Apa yang dilakukannya? Beliau membentuk Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) yang fokus pada pembinaan dan penempaan para pemuda. Mengirimkan para pemuda belajar ke luar negri, lalu mengirimkannya ke berbagai pelosok negri hingga yang terpencil. Bagaimana buahnya?
Bila hari ini bermunculan gerakan dakwah yang modern dan moderat di seluruh pelosok negri ini. Maka itulah peran DDI di Nusantara. Itulah buah pembubaran dan pelarangan penguasa terhadap Masyumi dan strategi para tokohnya dalam menyikapi kezaliman penguasa. Raga bisa hancur, namun jiwa akan terus hidup.