Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Pasca Pilpres 2014, apa yang terjadi? Bangsa Indonesia terbelah. Setelah 2019, apa yang terjadi? Muncul istilah Cebong dan Kampret. Perpecahan ini terus berlanjut dengan tidak adanya keadilan hukum. Padahal, keadilanlah yang menciptakan ketentraman.
Di Mesir, juga berbagai wilayah Timur Tengah lainnya. Pemenang demokrasi dihancurkan dengan senjata dan kekerasan yang didukung oleh berbagai negara, bahkan pendukung demokrasi. Bahkan negara yang paling maju ekonominya pun melakukan hal yang sama. Apakah kekerasan akan terus menjadi trend dunia?
Di Amerika, kekerasan pun mewarnai hasil pemilihan presiden. Bagaimana bila yang melakukan kekerasan adalah warga kulit hitam dan muslim? Ketidakadilan terus mewarnai dunia ini. Tak peduli negara terbelakang dan maju. Tak peduli negara diktator dan demokrasi. Semuanya memiliki kecendrungan yang sama.
Dunia membutuhkan pergantian sistem pengelolaan bumi. Bukan bersumber dari akal dan logika. Bukan bersumber dari buatan manusia. Sistem buatan manusia, mudah dirusak oleh manusia itu sendiri. Sistem buatan manusia, bisa diganti dengan sekelompok manusia sesuai kepentingannya sendiri.
Sistem buatan manusia, kebenaran bisa direkayasa dengan tafsir para penguasa. Kebenaran bisa berubah-berubah dan diubah-ubah tergantung siapa yang memiliki kekuatan. Tak ada kebenaran hakiki. Inilah kelemahan sistem buatan manusia.
Lihatlah kasus pembunuhan laskar FPI. Yang membunuh merasa benar. Yang dibunuh justru yang dituntut sesuai tafsir penguasa. Bila khawatir kalah di tingkat yang lebih tinggi. Buat saja Perpu pengganti Undang-undang yang lebih tinggi tersebut agar bisa menang. Atau dijerat dengan pasal-pasal karet.
Bila pengelolaan bumi diserahkan oleh undang-undang manusia. Bila pengelolaan bumi diserahkan ke yang tidak memiliki hati nurani. Maka siapapun dan dimanapun. Di negara diktator dan demokrasi. Di negara miskin ataupun maju. Semuanya akan menghasilkan kezaliman semata.