Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Salah satu cita-cita dakwah Hasan Al Banna adalah mendidik anak-anak. Bila bertemu anak-anak beliau sering menyempatkan bermain-main dan berdialog. Abbas Asisi dalam bukunya Bagaimana Menyentuh Hati, menggambarkan fenomena kirstenisasi anak-anak Mesir. Dimana anak-anak kecil muslim menangis saat ditinggal oleh seorang misionaris.
Bermain-main bersama anak bukanlah kesia-siaan, tetapi tarbiyah bagi lahirnya pemimpin masa depan. Rasulullah saw memiliki waktu khusus bersama Hasan-Husein. Keduanya dididik menjadi pemimpin para pemuda di Surga. Itulah visi bermain-main bersama anak kecil.
Disekitar kehidupan Rasulullah saw, banyak anak-anak kecil yang dididik langsung oleh Rasulullah saw. Yaitu, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Abdullah bin Abbas, Abdullah ibnu Zubair dan masih banyak lagi. Lihat hasil tempaannya?
Umar bin Khatab memiliki cara tersendiri dalam menyeleksi para calon pejabatnya. Apa peran pemimpin? Menciptakan keadilan. Bagaimana lahirnya keadilan? Bagaimana keseharian seseorang mencerminkan kasih sayang? Inilah seninya Umar bin Khatab yang memilih para pejabat dengan cara yang unik.
Umar bin Khatab mendatangi para calon pejabatnya. Apakah terbiasa menggendong anaknya? Apakah terbiasa mencium anaknya? Apakah terbiasa bermain-main bersama anaknya? Bila keras dan kasar terhadap anak-anak, maka dicoretnya dari calon pejabat negara.
Menurut Umar bin Khatab, keadilan penguasa muncul dari kasih sayang. Inilah modal tercipta keadilan lalu kemakmuran. Bermain-main bersama anak kecil adalah cerminan rendah hati juga kasih sayang. Inilah parameter pengukuran kasih sayang yang sederhana dan praktis.
Seorang Nabi yang sangat hemat bermain-main bersama anak kecil adalah Nabi Yahya bin Zakaria. Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab Zuhudnya mengabadikan kisah ini. Nabi Yahya diajak bermain oleh beberapa anak kecil. Nabi Yahya berkata, “Bermain-main juga kebiasaan kami.” Nabi Yahya pun dijuluki sebagai pemimpin anak-anak yang dilahirkan dari rahim wanita.