Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Apa yang dibutuhkan manusia dari dunia? Sekedar mengisi hari. Sekedar menunggu waktu. Bagaimana agar tidak bosan? Berkiprahlah, berkaryalah, beramalah, bekerjalah, beribadah untuk mengisi kehidupan. Bukankah kesibukan membuat waktu terasa singkat. Bukankah permainan membuat waktu sangat menyenangkan? Bukankah rihlah seorang mukmin menurut Rasulullah saw adalah berjihad?
Buang ukuran kesuksesan dan kegagalan. Buang ukuran kesenangan dan kesedihan. Buang ukuran pengumpulan dan menumpuk kekayaan dan jabatan. Buang ukuran ketenaran dan penghargaan. Karena semua tak berarti apa pun. Bukankah para Rasul dan Nabi berkiprah mengisi dan menata kehidupan tanpa imbalan dan upah? Tanpa meminta dan mengumpulkan upah?
Bila kaya itu kesuksesan? Bila miskin itu kegagalan? Bila berpangkat itu kemuliaan? Bila di level bawah itu kehinaan? Semua tidak penting. Yang terpenting adalah apa kontribusi terhadap kehidupan? Bagaimana melenyapkan kesulitan manusia? Bagaimana menciptakan kemudahan?
Manusia terus bergumul dengan dunia. Hingga dunia mengikatnya. Hingga dunia dicintainya. Interaksi yang dekat dan melekat memang selalu memunculkan cinta. Cinta itu membuat yang buruk dipandang baik. Yang baik melalaikannya. Akhirnya lupa terhadap peran kehidupan di dunia yang sementara ini.
Cobalah. Raganya di dunia namun jiwanya di akhirat. Raganya bergumul dengan dunia, namun jiwanya berinteraksi dengan akhirat. Raganya melekat ke bumi, namun jiwanya terikat oleh tali akhirat. Karya mengumpulkan banyak kebaikan dunia, namun obsesinya mengumpulkan bekal di akhirat. Raga dan jiwa memang berbeda asal dan tujuan penciptaannya. Maka tempatkan sesuai dengan kedudukannya.
Bila semuanya benar, yang muncul hanya satu rindu, yaitu merindukan Allah. Yang muncul hanya satu cinta, yaitu mencintai Allah. Yang muncul hanya pertemuan yang dirindukan yaitu perjumpaan bersama Allah dan Rasulullah saw. Sudah adakah rasa itu? Sudah munculkah pengharapan tersebut?
Berkarya dengan cerdas, keras, dan tekun, hanya agar Allah tersenyum memandang dari kemuliaan “Kursi Arsy”-Nya. Bergumul dengan karya di dunia, agar Allah membuka pintu naungan-Nya untuk menyambut hamba yang keletihan dengan beragam hiburan dan hidangan untuk menyegarkan hamba-Nya. Semua itu melampaui capaian apapun yang dikumpulkan dan diperebutkan dari dunia.