>>>
Ppn 12% dan revolusi prancis

Sejarah adalah guru terbaik, tetapi tampaknya pejabat Indonesia lebih suka menutup mata dan telinga terhadap pelajaran masa lalu. Salah satu momen sejarah yang paling relevan untuk direnungkan saat ini adalah Revolusi Prancis (1789). Peristiwa tersebut adalah hasil langsung dari kebijakan pemerintah yang memberatkan rakyat kecil dengan pajak, sementara kelas elite menikmati keistimewaan tanpa beban yang setara. Ketidakadilan inilah yang akhirnya memicu kemarahan rakyat, mengguncang fondasi negara, dan menggulingkan monarki.

Namun, lihatlah Indonesia hari ini. Dengan penuh percaya diri, pemerintah menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%, tanpa mempertimbangkan beban yang semakin menghimpit rakyat kecil. Di tengah meningkatnya harga kebutuhan pokok, rendahnya daya beli masyarakat, dan ketimpangan ekonomi yang makin lebar, kebijakan ini justru menambah luka. Rakyat, seperti pada zaman Prancis pra-revolusi, kembali dipaksa menanggung beban negara, sementara elite politik dan ekonomi tetap nyaman di menara gading mereka.

Kenaikan PPN ini, yang secara langsung memengaruhi semua lapisan masyarakat, menunjukkan betapa jauhnya pejabat kita dari realitas rakyat. Apakah mereka lupa bahwa Indonesia adalah negara dengan kesenjangan sosial yang nyata? Atau apakah mereka berpikir bahwa rakyat akan terus diam selamanya? Revolusi Prancis mengajarkan satu hal penting: ketidakadilan yang berlarut-larut akan berujung pada ledakan sosial.

Pemerintah seharusnya belajar dari sejarah, bukan mengulanginya. Jika benar-benar peduli pada rakyat, mengapa tidak memperbaiki sistem perpajakan agar lebih adil? Mengapa tidak memberlakukan pajak progresif yang lebih tinggi bagi korporasi besar dan orang-orang kaya yang selama ini menikmati kelonggaran? Sebaliknya, mereka malah memilih jalan pintas: menyusahkan rakyat kecil yang sudah terhimpit.

Kebijakan ini adalah bukti nyata bahwa pejabat kita hanya melihat angka, bukan manusia. Mereka lupa bahwa di balik angka-angka pajak dan laporan keuangan ada rakyat yang semakin kesulitan membeli beras, membayar listrik, atau menyekolahkan anak-anak mereka. Jangan sampai rakyat yang diam ini berubah menjadi massa yang marah. Revolusi Prancis dimulai dengan ketidakpuasan kecil yang dibiarkan tumbuh. Apakah kita ingin mengulang sejarah itu di sini?

Slot Iklan

Ingin mengekspresikan diri dan berpotensi mendapatkan penghasilan?
Yuk jadi penulis di rakyat filsafat. Setiap bulannya akan ada 3 orang beruntung yang akan mendapatkan Hadiah dari Rakyat Filsafat!

Ingin memiliki portal berita yang responsif, dinamis serta design bagus? atau ingin memiliki website untuk pribadi/perusahaan/organisasi dll dengan harga bersahabat dan kualitas dijamin dengan garansi? hubungi kami disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Klik Gambar Untuk Mengunjungi Warung Anak Desa

Rakyat Filsafat adalah komunitas yang bergerak dalam bidang literasi serta bercita-cita menaikkan angka literasi indonesia

Pintasan Arsip

Pasang Iklan

Tertarik Mulai Menulis di RAKYAT FILSAFAT?