>>>
Download e book filosofi teras pdf

>
download ebook pdf rakyat filsafat terbaru

Bukan stres yang membunuh kita, tapi reaksi kita terhadapnya. Karena sebenarnya masalahnya bukan di stres itu sendiri, tetapi persepsi kita. (hlm. 9)

Saat stres, respon adrenalin meningkat. Adrenalin meningkatkan tekanan darah (karena jantung menjadi makin berdebar), pembuluh darah meyempit, dan karenanya kepala kita menjadi tegang. Sekitar tahun 2017, aku dihadapkan pada masalah yang seumur-umur bikin down dalam hidup. Pokoknya ngefek banget ke psikis. Sepanjang 2018 berusaha melupakan. Sayangnya pertengahan 2019, mengalami goncangan yang serupa tapi tak sama. Sebenarnya permasalahan di pertengahan 2019 itu tak sebanding dengan masalah di akhir 2017. Tapi karena pernah mengalaminya, menjadi semacam trauma yang cukup menyimpan luka di jiwa. Tidur gelisah, cemas berlebihan, mau ngapa-ngapain pun nggak semangat. Bukan, bukan masalah cinta. Seumur-seumur malah belum pernah mengalami patah hati sampe down. Ini masalah yang lain, hahaha… x))

Sejak 2018, tanpa disadari mulai banyak membaca buku-buku semacam motivasi. Dari sejak buku ini terbit udah pengen banget baca, sayangnya tiap mau beli selalu keabisan melulu. Apalagi toko buku hanya di ibukota, jadi nggak bisa sering-sering ke toko buku.. x)) #NasibNakKampung

Akhirnya kesampaian juga bisa beli buku ini. Pas baca, terutama pas kisah Ollie/ Salsabeela (disini sebutannya Llia) yang sudah kukenal jejaknya sejak zaman dulu, termasuk kisahnya melepas hijab. Pas baca kisahnya di buku ini, ketika Llia mengaku sebagai ‘A Stoic’ dan dijabarkan tentang sindrom ini, aku jadi merasa sepertinya aku juga masuk ‘A Stoic’ x))

Dari kisahnya Llia ini aku baru tahu istilah ‘mentally stable’. Jika orang lain stress kayak gimana, tapi kita lempeng. Masalahnya kalo terlalu lempeng jadi dingin x)) Menyambung juga dengan kisah Cania di buku ini. Dia juga lempeng karena hidupnya sudah keras sejak kecil. Mengambil benang merah dari kisah Llia maupun Cania yang lempeng menghadapi sesuatu yang besar karena mereka sudah mengalami banyak hal yang keras sebelumnya. Jadi semacam sudah kebal gitu ya dengan permasalahan. Aku juga gitu. Mau dinyinyirin kayak apa, terutama soal status masih single ampe sekarang , hahaha… tetep woles aja karena memang itu pilihan.

Nah, tapi beda dengan kasus yang pernah aku ceritain di awal review. Itu entah kenapa mengguncang psikis banget soalnya ada hal-hal yang diluar kendali kita. Mungkin yang bikin aku kecewa dengan masalah itu adalah ketika persoalan yang dilakukan orang lain, kita ikut terseret jauh. Pelakunya mah sampai sekarang masih bisa ketawa-ketawa bahagia, kita yang hanya sebagai salah satu korban, traumanya masih membekas :’) Dan sampai sekarang aku masih belum menemukan buku-buku motivasi yang membahas ini, termasuk buku ini. Meskipun begitu, setidaknya lewat buku ini aku jadi tahu apa itu ‘A Stoic’.

Baca Juga :  Download Ebook Islam Liberalisme Pdf

Salah satu pemicu stres yang diulas dalam buku ini adalah banjirnya informasi yang menghampiri. Semacam bendungan, bisa jebol sewaktu-waktu jika kita tidak membentengi dengan tembok. Aku baru menggunakan WA sejak 2016, itupun karena gara-gara ikut lomba di nasional, hahaha… semenjak itu kok merasa memiliki WA tidak begitu efektif. Apalagi banyaknya grup yang sebenarnya isinya ‘lo lagi lo lagi’. Aku mungkin orang yang termasuk berani keluar WA tanpa mikir panjang. 2017 akhir pernah keluar dari grup sekolah tempat kerja (karena isinya memang kebanyakan info tentang guru-guru, nggak berpengaruh padaku, hahaha) meski akhirnya 2019 dimasukkan lagi ya gapapalah tapi jarang komen. Begitu pun dengan grup keluarga, aku pernah keluar dari grup keluarga besar bapak karena isinya nggak penting menurutku, hahaha… meski akhirnya dua kali keluar dimasukkan lagi tapi ya sekarang nggak keluar tapi jarang nyimak juga, palingan langsung clear chat x)). Apalagi tahun kemarin kan musim Pilpres, aku banyak keluar grup yang dirasa lebih banyak isi hoaxnya ketimbang faedahnya. Jadi, sekarang aku hanya ikut nggak nyampe 10 grup di WA semenjak 2019. Sebenarnya kalau kita sibuk, harusnya tidak terlalu banyak main media sosial. Kok mereka kayaknya terus-terusan gitu, selalu saja ada waktu. Tapi memang setelah kuamati, orang yang kebanyakan sering share-share berita hoax tuh aslinya di kehidupan nyata memang nggak ada kerjaan, malah memang pengangguran x))

Kehadiran media sosial tanpa disadari membuat efek pendapat orang lain justru semakin dahsyat, karena apa pun yang kita post di media sosial bisa dinilai, disetujui, dicela oleh ratusan bahkan ribuan orang di internet. Padahal pendapat-pendapat orang lain tersebut bisa memperbudak kita. Saat kita terus-terusan ingin menyenangkan orang lain, ingin memenuhi ekspetasi orang lain, tanpa sadar kita sudah diperbudak orang lain. Jika semuanya dilakukan tidak dengan kebebasan, melainkan untuk menuruti pendapat orang lain, apa bedanya kita dengan budak. Dulu saat tren Facebook, tidak begitu mengimbas pada seseorang untuk memposting tanpa memikirkan jumlah Like yang diterima. Berbeda dengan Instagram, fenomena seseorang menjadi tidak percaya diri kerap terjadi. Terutama pada remaja. Kalo postingannya, Like yang didapat sedikit ataupun fotonya sekiranya setelah beberapa bulan serasa tampilannya dulu cupu, biasanya diarsipkan. Makanya jangan heran jika para remaja, di akun instagramnya hanya menampilkan sedikit foto, karena alasan-alasan yang telah kujabarkan tadi. Tak jarang, kalau aku di sekolah sering banget ditanya murid-murid unyu, bagusnya kalo posting foto mereka captionnya apa. Bayangkan, untuk caption sebuah postingan aja mikirnya dalem. Padahal kalo pustakawannya ini posting foto, Like yang didapat meski hanya dikit mah tetep calm aja, wkwkwk… x))

Baca Juga :  Download Isi RUU HIP PDF( Urgensi RUU HIP? )

Sebenarnya ada banyak sekali ulasan yang kita dapat setelah membaca buku ini. Berharap, kelak penulisnya membuat buku semacam lanjutan dari buku ini dengan infografis yang lebih banyak agar tidak bosan membacanya yang didominasi teks melulu. Jadi bisa juga oleh remaja jika bahasannya lebih ringan 

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Ada hal-hal di bawah kendali (tergantung pada) kita, ada hal-hal yang tidak dibawah kendali (tidak tergantung pada) kita. (hlm. 42)
  2. Pentingnya memahami bahwa kendali bukan hanya soal kemampuan kita memperoleh, tetapi juga mempertahankan. (hlm. 46)
  3. Hiduplah dengan berani dan tetap ramah kepada orang lain. (hlm. 56)
  4. Manusia tidak memiliki kuasa untuk memiliki apa pun yang dia mau, tetapi dia memiliki kuasa untuk tidak mengingin apa yang belum dia miliki, dan dengan gembira memaksimalkan apa yang dia terima. (hlm. 76)
  5. Jika kamu hidup selaras dengan alam, kamu tidak akan pernah menjadi miskin. (hlm. 80)
  6. Sudah saatnya kamu menyadari bahwa kamu memiliki sesuatu di dalam dirimu yang lebih kuat dan ajaib daripada hal-hal yang memengaruhimu layaknya sebuah boneka. (hlm. 100)
  7. Manusia kerap kali disusahkan bukan oleh hal-hal atau peristiwa, tetapi oleh opini, interpretasi, penilaian/value judgment akan hal-hal atau peristiwa tersebut. (hlm. 110)
  8. Penyebab kekhawatiran sering kali adalah karena adanya pendapat, opini yang irasional. (hlm 116)
  9. Tidak ada yang perlu disesali. Semua terjadi mengikuti keteraturan dan hukum alam. Bisakah kita tidak hanya menerima masa lalu, tapi bahkan mencintainya? (hlm. 140)
  10. Sejarah juga membuktikan bahwa banyak hal besar bisa diraih ketika kita menyisihkan perbedaan dan mulai bekerja sama. (hlm. 253)
  11. Kita semua adalah kosmopolit, warga dunia. Kita semua berasal dari akar yang sama, tidak ada alasan untuk membeda-bedakan suku, agama, ras, kebangsaan untuk bisa bersikap manusiawi. (hlm. 259)
  12. Pikiran kita harus beristirahat, karena sesudahnya pikiran akan menjadi lebih baik dan lebih tajam. (hlm. 287)
  13. Biarlah kerendahan hati seorang pelajar terus menjadi bagian jati diri kita. (hlm. 292)
Baca Juga :  Resensi dan Download Ebook Belajar Konsep Logika PDF

Beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:

  1. Sering kali, banyak masalah sepele tidak perlu dicari solusinya, cukup dihindari, seperti sekedar membuang ketimun pahit atau mengambil jalan memutar. Gitu aja kok repot? (hlm. 131)
  2. Orang yang benar-benar kaya adalah dia yang merasakan cukup. Orang yang benar-benar miskin adalah dia yang masih mengingin lebih. (hlm. 143)
  3. Jangan mimpiin sesuatu yang kamu nggak punya. Kalau kita memiliki sesuatu, ada kemungkinan barang itu hilang. Jangan mikir bahwa hal yang tidak kita miliki tidak akan hilang selamanya. (hlm. 146)
  4. Kuasa itu sudah ditangan kita. Perasaan terganggu oleh perilaku orang lain sepenuhnya terserah kita, dan kitalah yang menentukan mau memberi power itu ke orang lain atau tidak. Orang lain tidak bisa membuat kita merasa terganggu jika kita tidak memberikan izin. (hlm. 154)
  5. Pertemanan palsu adalah yang teruburuk. Hindari sebisa mungkin. Jika kamu jujur dan terus-terang dan bermaksud baik, itu akan tampak dimatamu. Tidak mungkin disalahartikan. (hlm. 177)
  6. Dalam bullying, ketika orang memaki-maki elo, mereka tidak akan melihat elo sebagai orang, tetapi sebagai objek untuk dimaki-maki. Tapi saat elo memberi respon balik, mereka melihat elo sebagai subjek, dan mereka akan merubah sikapnya karena mereka akan kaget. (hlm. 189)
  7. Jika kamu ingin seseorang tidak goyah saat krisis menghantam, maka latihlah ia sebelum krisis itu datang (hlm. 205)
  8. Kamu sungguh sial jika kamu tidak pernah tertimpa musibah. Karena artinya kamu menjalani hidup tanpa pernah menghadapi lawan. Tidak ada yang tahu kemampuanmu sesungguhnya –bahkan dirimu sendiri tidak. (hlm. 213)

Keterangan Buku:

Judul                                     : Filosofi Teras

Penulis                                 : Henry Manampiring

Editor                                    : Patricia Wulandari

Ilustrator                             : Levina Lesmana

Desain cover                      : Levina Lesmana

Layout                                  : Cindy Alif

Penerbit                              : Buku Kompas

Terbit                                    : Agustus 2019 (Cetakan Kesembilan)

Tebal                                     : 320 hlm.

ISBN                                      : 978-602-412-518-9

Slot Iklan

Ingin mengekspresikan diri dan berpotensi mendapatkan penghasilan?
Yuk jadi penulis di rakyat filsafat. Setiap bulannya akan ada 3 orang beruntung yang akan mendapatkan Hadiah dari Rakyat Filsafat!

Ingin memiliki portal berita yang responsif, dinamis serta design bagus? atau ingin memiliki website untuk pribadi/perusahaan/organisasi dll dengan harga bersahabat dan kualitas dijamin dengan garansi? hubungi kami disini!

Iklan

Klik Gambar Untuk Mengunjungi Warung Anak Desa

Terbaru

Filsafat

E-Book

Rakyat Filsafat adalah komunitas yang bergerak dalam bidang literasi serta bercita-cita menaikkan angka literasi indonesia

Pintasan Arsip

Pasang Iklan

Tertarik Mulai Menulis di RAKYAT FILSAFAT?